Senin, 19 September 2011

Hingga Akhir Waktu

Beberapa hari yang lalu ada yang masuk di pesan facebookku dari seorang lelaki, dia mendapat alamat facebookku dari teman kursusku. Katanya dia sedang mencari pasangan dan ingin ta’aruf denganku, kemudian temanku setelah meminta izin memberikan nomor hapeku padanya. Kami mulai komunikasi, awalnya dia hanya menanyakan; Sedang apa? Lagi kerja ya? Sudah pulang ya? Dan beberapa sms yang hanya basa basi, hitungannya dari 3 sms yang dia kirim hanya 1 yang aku balas, karena memang bukan hal yang penting menurutku.

Setelah beberapa hari, dia menyampaikan niatnya untuk ta’aruf denganku, kurang lebih seperti ini;

Dia : "Maaf, bolehkah aku ta’aruf lebih dekat dengan kamu?"

Aku : "Silahkan, tapi sekarang saya lagi gak kepikiran untuk ta’aruf ke jenjang pernikahan, lagi fokus skripsi, awal 2012 sidang"

Dia : "Ta’aruf kan gak harus cepet-cepet nikah, tapi saling memahami sifat masing-masing dulu"

Tidak aku balas sms terakhir, karena yang aku maksud kalau untuk ta'aruf sebagai teman tidak masalah, karena untuk saat ini otakku sedang penuh dengan tugas akhir dan pekerjaan kantorku yang menumpuk, kemudian dia sms lagi menanyakan perihal nomor hape;

Dia : "Nomor hape kamu ganti yang ini ya?"

Aku : "Gak, sementara yang itu non aktif dulu terlalu banyak orang sms, lagi fokus tugas akhir"

Dia : "Kalau gituh aku gak akan ganggu kamu dulu, tapi kalau sms untuk bangunin shalat tahajjud gak apa-apa kan?" (Sebelumnya dia telah beberapa kali mengingatkan aku untuk shalat tahajjud dan dhuha).

Aku : "Terserah, tapi saya juga sudah pasang alarm, jadi percuma"

Dia : "Oh, terima kasih ya sudah kasih kesempatan untuk ta’aruf lebih dekat" aku tidak membalas sms terakhir karena aku sudah mengantuk.

Sebenarnya aku sudah mulai terbiasa dengan kesendirianku (Sally Sendiri), dan sekarang ada orang yang rajin membangunkanku untuk shalat tahajjud, aku bersyukur karena ada yang mau mengingatkanku dalam hal kebaikan, seperti salah satu do'aku padaNya bahwa aku ingin memiliki suami yang bisa membangunkanku untuk shalat tahajjud, mengingat waktu tidurku cukup panjang, setiap harinya rata-rata aku menghabiskan waktu untuk tidur 10 jam terkadang aku mampu tidur 12 bahkan 14 jam jika aku sedang tidak ada kewajiban menunaikan ibadah shalat. Tadi malam dia masih membangunkanku untuk shalat tahajjud meskipun selalu tidak aku balas, bahkan ketika aku pulang ke Bandung, dia mengirim sms padahal seingatku tidak memberitahunya tentang kepulanganku;

"Assalamu’alaikum, Syel jadi pulang ke Bandung hari ini? Hati-hati di jalan ya"

Terbersit tanya dalalam hatiku; ini mau ta’aruf apa mau pacaran islami? Karena menurutku kalau ta’aruf komunikasinya tidak seperti ini, jadi seperti orang pacaran saja. Karena meskipun aku dulu pernah dua kali pacaran (seperti kata temanku: kalau pernah pacaran mah bukan akhwat namanya, tapi ah gawat), walaupun aku tidak pernah mengaku-ngaku sebagai seorang akhwat dan aku memang belum kaffah mengikuti aturan islam tapi sekarang aku tidak pernah berminat untuk kembali bermain api (pacaran), karena aku tidak ingin membakar hatiku dengan hal seperti itu lagi, mengingat betapa sulitnya aku berjuang selama kurang lebih enam bulan untuk melupakan seseorang yang dahulu dia selalu berusaha ada untukku dan dia akhiri hubungan kami dengan pengkhianatan.

Aku sendiri tidak mengerti dengan semua gejolak yang sedang terjadi di hatiku "Hati wanita adalah lautan terdalam yang sulit diselami", jujur saja aku ingin segera menikah tapi dari beberapa orang yang pernah mengutarakan maksudnya padaku, termasuk salah satu temanku di pesantren yang ingin mempererat tali silaturahmi dengan ikatan pernikahan, namun sepertinya hatiku belum merasa mantap, hingga beberapa orang sering berkomentar yang sedikit mengiris hatiku dan membuat aku menangis dalam renungan. Jika mereka menganggap aku seorang pemilih, apakah aku salah? Karena menikah bukan untuk satu dua hari, mungkinkah aku membangun biduk rumah tangga bersama orang yang aku tidak mencintainya? Semua orang pasti berharap akan bersama orang yang dikasihinya hingga akhir waktu, seperti lirik lagu Sepanjang Hidup - Maher Zain;

Sepanjang hidup bersamamu
Kesetiaanku tulus untukmu
Hingga akhir waktu...
Kaulah cintaku, Cintaku
Sepanjang hidup seiring waktu
Aku bersyukur atas hadirmu
Kini dan selamanya aku milikmu
Yakini hatiku.

Lirik lengkapnya cari sendiri ya, ada dalam bahasa Inggris juga "For the rest of my life", penyanyinya orang Libanon, ganteng banget.