Sabtu, 05 Januari 2013

Simfoni Bersama Mentari

Pagi ini Dewi terduduk di bawah pohon bersama Mentari, kehadiran Mentari bertabur makna bagi Dewi. Mentari telah mampu menyegarkan bait-bait kerinduan Sang Dewi. Layaknya simfoni kehidupan yang tak pernah berhenti menginspirasi, menumbuhkan bibit kedamaian.

Keindahan Mentari jelas terpancar dalam benak Dewi, semburat cahaya Mentari pagi melukiskan tinta emas di langit. Mentari selalu membawa bingkisan senyum yang dibalut kehangatan, tanpa pernah berharap untuk tetap menyinari Dewi ketika suatu waktu ia harus pergi. Mentari datang dengan pasti membuka pintu cakrawala dalam jiwa dan pergi meninggalkan Dewi dengan kesederhanaan yang telah mengasuh tebaran pesona keikhlasan.

"Semoga berakhir bahagia baik itu dengan Sang Mentari ataupun dengan Mentari lainnya yang bisa mengisi hati Dewi" ucap teman Dewi.

Dewi sebenarnya tak ingin Mentari pergi. Simfoni bersama Mentari telah bergema dalam ruang hatinya, Mentari selalu melantunkan melodi indah meski terkadang iramanya manggores hati.

"Bagaikan Rembulan dan Mentari, tak mungkin seiring sejalan, simfoni ini sebuah elegi, dua irama di satu jalanan" senandung di telinga Dewi.

Tapi ia tak pernah merasa sia-sia telah mencintai kekasihnya, meski pada akhirnya ia pun harus kehilangan Mentari. Terutama semburat cahaya Mentari yang selalu menembus sela-sela rimbun dedaunan hatinya. 

Gemerincing angin bertiup sayup menguap, lalu mengatup letup. Gerimis pun berbaris manis mencipta derai di mata Sang Dewi, mengembun rimbun. Ia bersandar pada pijar yang mencurah dalam cercah cahaya, dan menikmati tiap tetes air yang jatuh dari langit. Gusar menampar sayu wajahnya, Mentari pun beranjak pergi menginggalkan debar yang berlayar di tepian hati.