Rabu, 25 Juli 2012

Catatan Pelangi Hati

There's never a right time to say goodbye, but I gotta make the first move, and know it's hard but I gotta do it. We know that we should be apart, so why don't you go your way, and I'll go mine. Live your life, and I'll live mine, you'll do well, and I'll be fine. Cause we're better off, separated. I know it hurts so much but it's best for us, maybe you and I are destined to lose.


Arti kalimat di atas menyedihkan juga ya? Ada rasa haru menyeruak di hati Dewi. Ia baru punya niat untuk mulai menjaga jarak dengan seseorang yang ia kagumi (berapa km ya?). Meskipun menurut Dewi tidak pernah ada waktu yang tepat mengucapkan selamat tinggal untuk seseorang yang selama ini kepribadiannya merenda di hatinya. Tapi Dewi harus memulai langkah pertama dengan menjaga jarak. Bagi Dewi ini sangat sulit, karena ia akan kehilangan catatan tentang hari-hari yang indah bersamanya.


Ini Dewi lakukan karena merasa telah jauh melangkah ke dalam hati orang tersebut, padahal dulu ia tidak berharap mencari celah di hatinya. Masalahnya kalau memang ini bisa di bilang masalah; jika memang diantara mereka berdua sama-sama tidak berharap sesuatu yang lebih dari kedekatan yang selama ini terjalin, untuk apa masih membicarakan masalah keterikatan hati diantara keduanya. Dewi hanya mencoba untuk menggugah kesadaran diri, ia tahu status lelaki itu di publik sebagai siapa, ia merasa khawatir hanya akan menjadi sumber fitnah bagi lelaki itu.


"Dewi akan menemukan yang terbaik untuk Dewi, kuncinya berbaik sangka sama Allah". Itulah kalimat yang pernah terlontar dari mulut lelaki itu. Dewi berharap lelaki itu akan baik-baik saja dalam menjalani kehidupannya seperti sedia kala, begitu pun dengan Dewi, meskipun cukup sulit tapi ia harus menjalaninya. "Ya, mungkin kami ditakdirkan untuk saling kehilangan".


Tapi, satu hal yang mungkin tidak akan Dewi lupakan, bahwa semua catatan tentang hari-hari indah bersama lelaki itu telah menjadi pelangi yang terlukis di hatinya (pasti GR negh orang). Lihat bagaimana lelaki itu melukiskan selaksa warna pada hati Dewi. Terkadang hanya dengan  sebaris “senyum” manis, ia membuat hati Dewi bahagia. 


Sore di taman selepas hujan. Dewi melihat pelangi tergelayut indah di langit. Lihat bagaimana sang mentari mengurai cahaya menjadi selaksa warna. Mentari menatap Dewi dengan teliti, dia menyimak setiap cerita dengan hati-hati. “Aku tahu mentari ada di hati, ia mewarnai hatiku dengan pelangi”.


Dewi teringat pertanyaan temannya "Jadi sudah ikhlas?" 


"Dari dulu juga sudah ikhlas, aku melihat dia bahagia bersama istri dan anaknya itu sudah lebih dari cukup" jawab Dewi dengan penuh haru.