Kamis, 18 Juli 2013

Padang Kerinduan Mentari

Dewi tersesat di padang kerinduan pada Mentari yang selama ini senantiasa membalut hatinya dengan kehangatan cahaya.  

"Aku telah lama mencintainya, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku ketika aku melihat matanya" Dewi menunduk ketika matanya beradu pandang dengan Mentari.

Embun berbaris di lembaran daun yang masih berpelukan menanti Mentari menyeruput setiap butirannya. Mentari memberai kabut yang kerap mendaki di wajah sendu. 

"Begitu banyak rerupa keindahan di tiap lekuk lakumu. Warna langitmu jernih serupa laut menampung seribu biru."

Dewi mereguk sejuk di tiap teduh Mentari, dan yang ia tahu, ia selalu memucuk rindu di sebalik dendang Mentari yang mengalun menyalin rindu bersama lagu di kalbu. Ia mencoba melukis pelangi bersama jemarinya.

Bila waktu tiba, ia menunggu jeda menatap ilalang yang meliuk di setiap bayu menyapa, kerling hatinya hanya tertuju pada alamat Mentari, membenam senyap dalam senandung yang pernah Mentari kirimkan.

Dewi mengulum senyuman kala Mentari alirkan sinar ke hulunya, serupa pelangi yang senantiasa ia nanti di senja yang jingga. "Kau indah... Dan terindah di setiap rasa." 

"Kini aku tegak di sini menantimu dalam cinta yang kita punya. Sebab dari sini, mimpiku menjadi daya, jemariku terus menari di lembar-lembar cinta sederhana yang kau bingkiskan."

"Jiwaku segar tanpa gulana meski tanya kerap melebur di udara, aku kian mengenali waktu tak ingin tersudut pada jarak tertempuh, bersamamu menghapus jejak lalu yang kerap mengirim luka tanpa aku harap."