Selasa, 27 September 2011

Cemburu Menguras Hati

Tiga hari ku nanti
Jawabanmu oh kasih
Setiap saat ku harap
Ada keajaiban dalam dirimu
Indahnya masa lalu
Tergores amarahku
Cemburu menguras hati
Galau kini menyiksa diri

Hatiku terasa panas ketika aku melihat dia mengirim pesan mesra di friendster, segera ku telepon meminta penjelasan darinya, dalam keadaan masih berbicara di telepon aku bergegas pulang dari kantor menuju kostan padahal saat itu hujan deras mengguyur Kota Jakarta, aku ingin air hujan mendinginkan hatiku, di kamar aku menendang kardus berisi buku-buku pelajaran dan aku tinju kaca lemari milik ibu kost, kacanya hancur berkeping-keping dan serpihannya melukai tanganku. (November 2008)

Seperti ada kobaran api di punggungku, dan betapa bodohnya aku waktu itu menghiasi hatiku dengan amarah karena terbakar rasa cemburu, padahal status yang aku jalani bersamanya adalah hubungan yang di dalam Islam tidak diperbolehkan. Itu pertama kalinya dia mengkhianatiku dan aku masih menerimanya ketika dia ingin memperbaiki hubungan kami, padahal karena masalah ini aku harus dua kali ke dokter karena terkena penyakit maag, kemudian dia mengulang kesalahan yang sama untuk yang kedua dan yang ketiga kalinya.

Pengkhianatan terakhir yang dilakukannya menghasilkan pisau yang terhujam di dinding kamarku, sebagai bentuk dari luapan emosiku dan itu adalah akhir dari segalanya, meskipun saat itu aku masih sangat mengharapkannya namun perlahan akal sehatku mulai berontak untuk tidak mengharapkan lelaki itu, jera dengan semua permainannya, mungkin ini kehedakNya dan "Allah tahu yang terbaik untukku". (Maret 2010)

Itulah salah satu dari sekian banyak tabiat burukku, aku sulit mengendalikan emosiku ketika amarah merasuk jiwa, padahal Rasul menasehati kita untuk menahan amarah "Laa taghdhab wa lakal jannah". Sifat itu semakin terpupuk saat aku menjalin hubungan dengannya, anak dari pemilik pesantren tempat aku menuntut ilmu, mungkin karena faktor kontroversi dari keluarganya yang membuat aku merasa tertekan dan mudah marah, syukurlah hubungan kami berakhir.

Tabiat burukku yang sering meluapkan amarah dengan anarkis terkadang berimbas pada orang lain, aku pernah melempar batu bata pada teman kantor lamaku yang berlaku kurang ajar, meskipun batu bata itu tidak mengenainya, dan aku pernah menyiram kopi panas di baju teman kantor baruku ketika dia untuk yang ketiga kalinya mengelus tanganku padahal aku sudah memperingatkannya dengan cara yang baik.

Kebiasaan ketika aku masih kecil sering berkelahi terbawa sampai sekarang, mengingat aku di apit diantara saudara lelaki yang membuat aku merasa terlindungi (aya dekengna mun ceuk urang sunda mah), waktu aku duduk di bangku SD ketika terjadi perselisihan, aku pernah menendang temanku Ferry, aku mendorong sahabatku Susi dengan bangku, atau ketika aku SMP, aku berkelahi dengan tetanggaku Ahmad karena masalah adikku, punggungnya terluka oleh cakaranku, dan masih banyak kekasaranku yang lain.

Sangat jelek perangaiku itu, sama sekali tidak mencerminkan seorang wanita yang seharusnya penuh dengan kelembutan. Namun manusia berhak berubah, terlebih untuk menjadi lebih baik, Alhamdulillah ya (ala Syahrini) sekarang ketika amarah mulai hadir, aku mulai bisa mengendalikan emosiku dengan cara menasehati diriku sendiri "La taghdhab, la taghdhab, la taghdhab".

                                                                           ***

Cerita di atas adalah intermezo dari pembahasan "Cemburu Menguras Hati", bagaimana kita mengelola hati ketika rasa cemburu datang. Orang bilang cemburu itu tanda sayang dan hal yang wajar, akan tidak wajar jika rasa cemburu telah meracuni hati dan dilampiaskan pada hal yang negatif.

Menurutku jika seseorang benar-benar mencintai pasangannya, sudah dipastikan akan merasa cemburu jika orang yang dicintainya dekat dengan yang lain, siapapun. Untuk yang sudah menikah cemburu itu seperti bumbu, tapi untuk yang belum terikat dalam pernikahan alias masih pacaran, apalagi pelampiasannya seperti kasus di atas, rugi. Aku berani bilang seperti ini karena pengalaman pribadi, tak ada gunanya menghabiskan energi untuk hal yang tidak ada faidahnya untuk kita. Yang lebih unik lagi jika kita cemburu ketika seseorang yang kita cintai dekat dengan yang lain, padahal tidak ada hubungan apapun dengan kita, "Untuk cemburupun aku tidak berhak".

Untuk wanita yang sudah menikah dan suamimu ingin menikah lagi, itu merupakan ujian kesabaran agar kamu naik derajat, dari hati yang terdalam; wanita mana yang sanggup di madu? Tapi Allah menjamin kamu dengan surga, kamu wanita pilihan (pelajari juga ya syarat poligami). Dan untuk yang sedang mengharapkan seseorang yang kamu cintai namun belum mempunyai hubungan apapun, dan kamu merasa cemburu jika dia dekat dengan yang lain, tenang saja kalau memang dia jodoh kamu, cepat atau lambat pasti Allah persatukan. Intinya jalani semua dengan ikhlas, karena sifat ini menjadi bagian terpenting dalam menyikapi semua masalah, apapun masalahnya.

Saran aku jika kamu sedang tenggelam dalam rasa cemburu, berpikirlah objektif, generalisasi semua duduk permasalahan dengan bijak, konsultasi pada teman yang kamu anggap memiliki jawaban yang bijak dan mohon petunjuk pada Sang Maha Bijak, perbanyak mengingat Allah "Hanya dengan menginat Allah hati menjadi tenang". Ingat! Jangan lampiaskan amarahmu (menasehati diriku sendiri); seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu ber-mujahadah li nafsi, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya. Temanku bilang; marah itu panas, panas itu api, api itu neraka dan neraka adalah tempatnya syetan.