Rabu, 27 Juli 2011

Menetralisir Hati

"Lupakan" jam hampir menunjukan pukul dua belas malam, aku terbangun dari tidurku kemarin malam.

Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang
Tanpa dirimu aku merasa hilang dan sepi
Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu
Seperti udara yang ku hela kau selalu ada

Sebait lagu dari Once karya Opik hadir di benakku, malam ini aku putuskan untuk belajar melupakan seseorang yang beberapa bulan ini mengganggu pikiranku, teringat sms dari seorang ikhwan;

"Bila dirimu saat ini sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju ridhaNya, bersabarlah dengan keindahan. Demi Allâh dia tidak datang karena ketampanan, kepintaran ataupun kekayaan. Tapi Allâh-lah yang menggerakan hatinya. Janganlah tergesa-gesa untuk mengekspresikan cinta kepada dia sebelum Allâh mengizinkan. Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu. Siapakah yang lebih mengetahui melainkan Allâh? Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan dekap di hati rapat-rapat, jangan biarkan ia semakin tumbuh melebihi cinta padaNya, Allâh akan menjawabnya dengan lebih indah di saat yang tepat.

Aku baca lagi sms lain dari teman kursusku itu;

Pada hakikatnya cinta ialah usaha yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan memurnikan keinginan mengikuti sunnah Rasulullâh Shallallâhu'alaihi wa Sallâm. Dengan menyibukan denganNya dan tidak menyisakan ruang kosong di hatimu untuk selain Dia.

Serahkan seluruh dirimu pada Allâh, hingga tidak tersisa sedikitpun pada dirimu, jangan pernah bosan mengingatNya dan tidak merasa mantap dengan selainNya, kerahkan seluruh tenaga untuk lebih mengenalNya, dan mencari keridhaanNya.

Cukup membuat aku terjebak dalam kebisuan.

                                                                              ***

Di dalam keramaian
Aku masih merasa sepi
Sendiri memikirkan kamu
Kau genggam hatiku
Dan kau tuliskan namamu
Kau tulis namamu

Apakah perasaanku ini terlalu berlebihan? Jangankan dalam kesendirian seperti sekarang ini, dalam keramaian masih saja mengingat orang itu "Nobody ever made me feel this way". Mataku mulai berkaca-kaca. Rabb, bantu aku untuk menetralisir hatiku ini.

Rabb, ampuni aku atas ketidakmampuanku mengendalikan hati ini, jangan biarkan aku larut dalam perasaan yang tak semestinya bersemayam di hatiku, jangan biarkan hatiku terjebak dalam rasa cinta yang berlebihan, penuhi hatiku dengan cintaMu agar aku senantiasa mengingatMu.

"Selly divonis 11 bulan penjara" berita dari Metro Tv membuat aku tersenyum.

Maaf Menjelang Ramadhan

Tidak sabar menanti datangnya bulan Ramadhan, semalam aku sms teman-temanku;

Ayam kampung beli pulsa
Ya ampun bentar lagi puasa
Makan dodol di balik papan
Gak afdhol kalau belum maafan
Ikan piranha lawan buaya
Maafin semua kesalahanku ya

Tidak lama kemudian beberapa temanku sudah mulai membalas sms tadi;

Nonton upin ipin sambil makan pepaya
Maapin saya juga ya (Rofi)

Dodol ketan dari betawi
Kue talam di makan buaya
Kayak ape rasanye gue gak tahu
Maapin juga (Pak Giyon)

Untuk pantun yang kedua sepertinya sangat dipaksakan.

Burung kenari belajar baca
Menghitung hari kita mau puasa
Sembari membaca di atas sampan
Sudah tradisi kita saling bermaafan
Salah dan khilaf mohon dimaafkan (Diah)

Dan masih banyak lagi sms lain dari temanku, keesokan harinya menyusul balasan dari salah satu temanku;

Ngambil jatah gajian mintanya hari selasa
Buat beli dodol yang banyak rasa
Kalau punya salah dan kealpaan
Kenapa harus nunggu bulan puasa
Bukannya lebih afdhol kalau segera

Aku tersenyum, segera ku balas sms itu;

Aku: 
Iya dah, bilang aja mau ngomong gak ada dalil khusus buat bermaafan menjelang bulan puasa.

Dia: 
Hahay, iya juga abis lupa! Dan takute maen asal ambil dalil gak tau kalau yang di ambil itu hadits dhoif/maudzu, tar jadi berabe!

Dia: 
Ayam kampung makan sayuran, ya ampun bentar lagi lebaran, makan dodol di balik papan, gak afdhol kalau belum maafan, Ikan piranha lawan buaya
Maafin semua kesalahanku ya (dia forward sms dariku dengan mengganti bait depannya)

Aku: 
Maudhu, nulisnya pake dhod bukan pake zho.

Dia: 
Oy sorry ada yang jago bahasa arab. Hehe tapi tau kan kalau hadits dhoif dan maudhu  ribuan terbesar dan bahkan populer apalagi berkaitan bulan puasa. Kadang kita heran kenapa orang di kasih uang palsu gak mau mintanya yang asli, tapi kalau hadist ada yang palsu mereka terima juga. (Dhoif, maudhu, mungkar, asli/soheh/hasan/ahad). Kita sebagai tholabul ilmi harusnya check dan ricek baru menyampaikan atau mengamalkan. Awal mula terjadinya kebid’ahan adalah dengan mengamalkan ibadah tidak dengan dalil yang rojih (soheh/hasan/ahad) tapi dengan semangat yang dilandasi perasaan, hawa nafsu dan adat, dan bukan hadist yang rojih.

Aku: 
Mau ceramah di mimbar aja Mas (jawabku singkat).

Dia: 
Wah, udah terkena virus sekuler negh, urusan agama hanya dibicarakan di masjid atau mimbar! Padahal islam datang masuk ke seluruh sendi-sendi kehidupan, dari mau tidur sampai bangun tidur dan tidur juga termasuk dan seluruh kehidupan! Kok komentnya gitu ya, bukane tholabul ilmi dan mahasiswa harus berpikir kritis gak boleh taklid?

Aku: 
Emang saya bilang gak boleh ceramah via sms? Maksudnya sekalian aja ceramah di mimbar, sms kamu panjang banget. Kamu juga langsung menjudge saya kena virus sekuler, hadeuh. Saya hands up lah, daripada masuk golongan surat Ar-Rum : 32.

"Yaitu golongan orang-orang yang memecah-belah agamanya menjadi beberapa aliran, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan aliran paham yang ada pada mereka"

Dia: 
Wah, gak paham kayaknya negh maksud ayat tersebut! Banyak orang salah atau keliru memahami ayat atau hadits karena ditafsirkan sendiri-sendiri bukan melalui pemahaman para sahabat. Coba kalau semua mau belajar dan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman para sahabat (Salafus Sholeh) niscaya umat ini bisa bersatu seperti jaman Rasulullah. Ceramah/Nasihat bisa dimana aja dengan media yang bisa membantu seperti hape. Seperti QS. Adz-Dzariyat : 55.

"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman."

Sepertinya ada yang mendidih, kerap kali kami berselisih paham karena hal seperti ini, padahal dia sendiri pernah sms untuk mengucapkan Selamat Tahun Baru Islam dan tidak ada pula dalil khusus untuk hal itu. http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/voice-of-al-islam-voa-islam-com-fatwa-ulama-tentang-ucapan-selamat-tahun-baru-hijriyah.htm

Aku kena virus sekuler? Aku taklid? Dia masih seperti yang dulu "Menghakimi orang dengan persepsinya" atau hanya perasaanku saja. Berusaha aku redam tanpa membalas sms terakhir, teringat nasihat guru bahasa arabku “…gak usah di ambil pusing, Seli mau bilang apa tetap gak akan masuk, kalau menurut dia dari awal sudah salah, kemungkinan seterusnya akan salah, pemikirannya beda… Kalau kata orang; yang waras ngalah!”. 

Tapi sepertinya dia belum puas menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan, bersambung ke Yahoo Messenger, perbincangan yang cukup seru tapi sebaiknya tidak perlu aku bahas di blog ini. Untukmu, terima kasih telah berbagi ilmu, terima kasih telah saling mengingatkan, dan aku berharap kamu lebih bijak dalam menyampaikan dakwah, karena tidak semua orang bisa menerima dakwahmu secara instant, butuh waktu, butuh proses, butuh kesabaran. Bârakallâh.
                                                                    
Syel… Belajar berpikir objektif, belajar mengendalikan emosi dan belajar bijak menyikapi perbedaan karena kebenaran hanya milik Allah.

                                                                                     ***

Marhaban Ya Ramadhân

Dengan segala kerendahan hati dan niat tulus menyucikan diri, maafkanlah segala kesalahan dan khilaf. Semoga di bulan Ramadhân kali ini kita mampu melakukan perubahan untuk mencapai kualitas keimanan dan akhlaq yang lebih baik.

Senin, 25 Juli 2011

Kupon Makan Siang

“Kupon makan siangnya Dok, kupon makan siangnya Dokter" siang itu tugasku mengambil kupon dari tangan para dokter di acara Pertemuan Ilmiah Respirasi Bogor 2011 kemarin.

“Dokter, kupon makan siangnya” tanpa menghiraukan perkatanku, lelaki berbaju koko hijau tua dengan jaket yang warnanya hampir senada, masuk ke ruang makan bersama kedua anak perempuannya yang berpakaian muslimah, mereka lolos ketika aku repot menyobek kupon makan siang dokter lainnya.

Aku perhatikan dia sedang mengambil makanan untuk dia dan kedua anaknya. “Lelaki itu tidak memakai name tag” batinku. Karena semua dokter yang hadir pada acara itu diwajibkan memakai name tag yang didapat pada saat registrasi.

Aku melanjutkan pekerjaanku, setelah lenggang kembali aku perhatikan ruangan makan. Terlihat lelaki itu sedang berbicara dengan dokter yang lain, sedangkan kedua anaknya tengah asyik melahap makanan. “Dokter bukan ya, tapi name tagnya mana?” hatiku bertanya-tanya.

Sejenak terdiam dalam tanya.


                                                                           ***

Apakah dia seorang musafir yang kehabisan uang untuk membeli makan? Kemudian mencari makanan gratis. Astaghfirullâh! Aku su’udzon. Tapi, kalau memang dia dokter yang telah melakukan registrasi kemudian lupa memakai name tag, dia hanya mendapat kupon makan untuk satu orang saja. Apakah kami sebagai panitia terlalu perhitungan? Mengingat tahun kemarin karena tidak memakai sistem kupon, ada sebagian peserta yang tidak kebagian makan.

Selain itu ada juga dokter yang hanya registrasi satu orang namun beliau bersama susternya ke acara tersebut, ketika antri makan siang kami jelaskan bahwa yang boleh masuk hanya yang membawa kupon saja, namun dengan santai dia menjawab “Gak apa-apa lah, gak akan rugi kok”. Lalu bagaimana seandainya ada peserta yang tidak kebagian makan padahal itu haknya. Berkaca pada diriku sendiri, bahwa sangat memungkinkan ada hak orang lain yang pernah aku makan. Pasti!

Ini adalah hari terakhir Pertemuan Ilmiah Respirasi Bogor 2011, di sore hari saat detik-detik acara akan berakhir ada getaran yang menggoyangkan Gedung IPB, semua peserta dengan otomastis berhamburan, gempa dari Kota Sukabumi dengan kekuatan 5,5 SR menjadi momentum yang tak terlupakan sebagai penutup acara.

Jumat, 15 Juli 2011

Seekor Kucing Gila

Minggu sore aku pergi ke Bekasi, sudah lama tidak main ke tempat temanku Meisha. Seperti biasanya malam itu kami lalui dengan canda tawa melepas rasa rindu, esok paginya aku sudah siap untuk pergi ke tempat kerjaku.

Meisha sudah sibuk dengan aktifitas paginya, memasak untuk sarapan dan makan siang nanti, “Jadi kangen masakanmu”. Tidak lupa dia memberi makan kucing yang dari tadi sudah mengeong minta jatah. Tapi ada yang aneh dengan kucing itu, setelah menggigit ikan, kucing itu masih saja mengeong-ngeong sambil mondar-mandir membawa ikan itu.

“Berisik ya, itu kenapa segh kucingnya?” komentarku.

“Itu mah kucingnya gila Syel” jawab Meisha.

“Kenapa? tanyaku penasaran.

“Tiap di kasih makan pasti nyariin anaknya, padahal anaknya udah mati” katanya.

“Kok? Dia tau anaknya udah mati? aku semakin penasaran.

“Iya, gak disusuin, nanti kalau dia udah capek nyari baru di makan” jelasnya.

Sejenak aku termenung.

Subhanallâh! Kucing saja punya perasaan bersalah. Tidak heran kalau aku sering melihat orang gila yang mebawa boneka, kesedihan yang sangat mendalam ketika seorang ibu kehilangan buah hatinya.

Namun bagaimana dengan para pelaku aborsi? Bagaimana dengan seorang ibu yang meninggalkan bayi kecilnya di tempat sampah? Atau bahkan membunuh anak itu dan di buang ke selokan?

Astaghfirullâh! Masihkah mereka punya hati nurani?

Kamis, 14 Juli 2011

Tak Akan Terganti

Lelaki itu adalah sosok ayah dalam kehidupanku selama ini, hingga aku bertemu dengan ayahku, posisinya tak tergantikan. Pikiranku mengembara ke masa lalu, ketika lelaki itu dengan bangga menceritakan kepada tetangga yang berkunjung ke rumah; Bahwa karya tulis cucunya dimuat di harian umum. Dan kemudian otakku memutar kembali tayangan di satu episode kehidupanku yang tak akan pernah terlupakan;

Malam itu sepulang dari kampus, aku putuskan untuk tidak berangkat ke tempat kursus karena sudah terlambat, jalanan macet. Sesampainya di kostan segera ku ambil air wudhu dan menunaikan ibadah shalat maghrib, tidak lama adzan isya berkumandang, setelah adzan berhenti langsung saja aku tunaikan ibadah shalat isya, tidak seperti biasanya.

Di penghujung do'aku; Ya Allah, ampuni dosa kakekku, mudahkanlah sakaratul mautnya, wafatkan ia dalam keadaan khusnul khatimah.

Hapeku berdering "Sel pulang, bapak gak ada" suara di seberang sana.

"Iya" jawabku singkat.

Tut tut tut.

“Kullu nafsin dzaiqatul maut”.

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”.

Air mataku tak terbendung, mengalir dengan derasnya, bergegas aku berkemas. Dalam hatiku “Aku harus pulang malam ini” langkahku gontai. Di dalam bus yang mengantarkanku menuju kota Bandung, aku tatap jendela, aku tidak ingin orang di sampingku tahu kalau aku menangis.

Jam dua dini hari tiba di terminal Leuwi Panjang, sambil menunggu adikku menjemput pikiranku menerawang, sesekali menghapus tetesan air yang mengalir di pipiku. Setibanya di rumah sudah banyak kerabat dan para tetangga yang melayat.

Di dalam rumah sosok itu sudah terbujur kaku, berbungkus rapi kain kafan;

"Keun wae da Seli mah geus silaturahmi jeng bapa" kata ibuku. Ku tatap tubuh yang terbaring kaku di hadapanku.

Pagi itu adalah pertama kalinya aku berada di mobil jenazah, di dalam mobil tak hentinya kami berdzikir. Sampai di tempat pemakaman acara penguburan berlangsung, di sini kelak tempat jasadku dikebumikan.

                                                                             ***

Beberapa hari setelah kepergiannya, ada kesedihan yang menyeruak di hati, air mataku menetes, mengingat aku sering bertengkar dengannya. Ku kirim risalah singkat pada seorang ustadz menceritakan perihal kesedihan yang sedang aku alami;

Menangislah karena takut dosa niscaya ke dua mata Syelly akan diharamkan dari api neraka. Semua manusia pasti banyak dosa, tapi sebaik-baik orang berdosa kata Rasulullah adalah yang mahu bertobat. “Kullu bani  Adama  khatta’un  wa  khairul-khatta’in  al- tawwabun. Jawaban dari ustadz menenangkan hatiku.

                                                                              ***

Sampai saat ini terkadang aku teringat; Ketika ia menceritakan masa perjuangannya. Ketika ia terluka dalam peperangan dan Proklamator Indonesia menyalaminya. Ketika aku, adikku dan kakakku pergi bersamanya ke Gua Pakar menggunakan sepeda. Ketika pohon jambu batu di halaman rumah yang batangnya ia bengkokkan agar bisa dijadikan tempat duduk saat kami memanjat. Ketika ia pulang ke rumah dengan membawa sepeda vespa untuk adikku dan semua kenangan lain yang telah menjadi sejarah dalam kehidupanku. Kau tak akan terganti.

Saat terakhir aku menjenguknya, ia mendo’akan;  

"Sing menangkeun jodo nu alus, ulah nu goreng, anu nyaah ka Seli”. Waktu itu meskipun berat meninggalkannya tapi aku harus ke Jakarta untuk mencari rezeki.

Ya Allah, terangilah dan lapangkanlah kuburnya.

Rabu, 13 Juli 2011

Virus Merah Jambu

Sepertinya Virus Merah Jambu sudah merajalela di benakku, ketika hendak menunaikan shalat dzuhur tersadar saat mengambil air wudhu aku lupa membasuh tanganku, astaghfirullah! Aku ulangi berwudhu.

Seusai melaksanakan shalat kembali aku berkutat dengan perkerjaan kantorku, di sela-sela menyempatkan membaca soft copy buku “Ya Allah aku jatuh cinta” sesekali aku tersenyum bahkan tertawa, cerita yang disajikan setali tiga uang dengan yang sedang aku alami, salah satu bagian yang aku suka;

Lalu Bagaimana Islam Memandangnya?

Islam memandang cinta sebagai sesuatu yang biasa dan sederhana. Islam adalah agama fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta tersebut diutarakan.

“Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Masa segh aku harus mengutarakan isi hatiku, malu ah!

Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai. Mereka juga tidak dilarang untuk jatuh cinta. Hanya saja, Islam menyediakan penyaluran untuk itu melalui lembaga pernikahan. Di mana sepasang manusia diberikan kebebasan untuk bercinta. Seorang laki-laki menjadi seorang suami dan seorang perempuan menjadi seorang istri. Hal ini menjadi sebuah tuntunan dalam menjalankan agama, bahwa ketika hamba Allah jatuh cinta hanyalah pernikahan solusinya. Karena tidak ada hal yang menentramkan hati bagi seorang kekasih yang merindukan kekasihnya, kecuali bisa bersamanya setiap saat. Kebersamaan itu bisa terwujud, bila sudah diikat oleh tali pernikahan. Sehingga tenteramlah hati, sempurnalah keinginan. Menjemput kekasih yang sudah ditunggu sejak lama.
 
Jadi solusinya nikah, daripada tenggelam dalam rasa gelisah, namun aku belum punya keberanian untuk mengutarakannya, seperti lirik In a Rush - Blakcstreet;

It came over me in a rush
When I realized that I love you so much
That sometimes I cry, but I can't tell you why
Why I feel what I feel inside

How I try
To express what’s been troubling my mind
But still I can’t find the words
But I know that something's got a hold of me

Baby, some day I’ll find a way to say
Just what you mean to me
But if that day never comes along
And you don’t hear this song
I guess you’ll never know that…

And when I say inside, I mean deep
You fill my soul with something I can’t explain
It’s over me

Mungkin lirik di atas sedikit banyak mewakili perasaanku, dan anehnya terkadang cemburu menguras hati tatkala si dia dekat dengan wanita lain padahal untuk cemburu pun aku tidak berhak. 

Rabb, Engkau Maha Pencemburu, maafkan atas ketidakmampuanku mengendalikan hati ini, bantu aku untuk menetralisirnya, aku tidak ingin Engkau murka jika memang aku terlalu berlebihan mencintainya.

Kegalauan Hati

Mungkin kegalauan hati ini mulai menyeruak memenuhi rogga dada, rasanya lelah memikirkan sesuatu yang belum pasti, namun saat ini aku sedang tidak produktif untuk merangkai kata, segera saja ku cari artikel tentang semua yang berkecamuk di pikiranku, dan ustadz google mengantarkanku pada artikel yang mengusik hatiku tentang curahan hati seorang akhwat yang kemudian mendapat solusi melalui buku Burhan Sodiq;

Untuk yang masih bertahan mencintai seseorang yang sudah pergi.
“Hal menyedihkan dalam hidup ialah bila kau bertemu seseorang lalu jatuh cinta, hanya kemudian pada akhirnya menyadari bahwa dia bukanlah jodohmu dan kau telah menyia-nyiakan bertahun-tahun untuk seseorang yang tidak layak. Kalau sekarang pun dia sudah tak layak, 10 tahun dari sekarang pun dia juga tak akan layak. Biarkan dia pergi... Lupakan!”   

Teringat kebodohanku menghabiskan waktu selama tiga tahun lebih bersama seseorang yang ternyata sekarang aku berkesimpulan bahwa dia memang tidak layak untukku. Aku pun mulai berkaca-kaca, aku tidak peduli pada seseorang yang pernah berkata "Kenapa harus nangis?". Inilah aku dengan segala kekurangan dan keterbatasanku, karena ternyata predikat preman cicadas tak bisa membendung tetesan air mata.

Untuk yang patah hati.
“Sakit patah hati bertahan selama kau menginginkannya dan akan mengiris luka sedalam kau membiarkannya. Tantangannya bukanlah bisa mengatasi melainkan apa yang bisa diambil sebagai pelajaran dan hikmahnya.” 

Kisah di atas pun pernah aku alami, menjadi ibrah yang sangat berharga dalam kehidupanku, saat aku mengalaminya begitu menyedihkan, kesehatanku menurun yang kemudian harus bersahabat lagi dengan Polysilane, pekerjaanku di kantor berantakan, kuliahku yang terbengkalai mulai dari bolos kuliah, tidak mengerjakan tugas, sampai tidak ikut ujian. Memikirkan sakit hati sangat menyita waktu, saat itu yang aku harapkan dia kembali meskipun telah berulang kali menyakiti, betapa bodohnya aku saat itu!

“Cinta ibarat kupu-kupu. Makin kau kejar, makin ia menghindar. Tapi bila kau biarkan ia terbang. Ia akan menghampirimu disaat kau tak menduganya. Cinta bisa membahagiakanmu tapi sering pula ia menyakiti, tapi cinta itu hanya istimewa apabila kau berikan pada seseorang yang layak menerimanya. Jadi tenang-tenang saja, jangan terburu-buru dan pilihlah yang terbaik.”
Aku mengangguk dalam diam.
 
Untuk petualang cinta.
“Jangan katakan "Aku cinta padamu" bila kau tidak benar-benar peduli. Jangan bicarakan soal-soal perasaan bila itu tidak benar-benar ada. Jangan kau sentuh hidup seseorang bila kau berniat mematahkan hati. Jangan menatap ke dalam mata bila apa yang kau kerjakan cuma berbohong. Hal terkejam yang bisa dilakukan ialah membuat seseorang jatuh cinta, padahal kau tak berniat sama sekali tuk menerimanya saat ia terjatuh.”  

Teringat perkataan temanku; Berharap hanya pada Allah, daripada sibuk memperhatikan orang itu lebih baik sibuk diperhatikan sama Allah. Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan. Tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan. Walau kadang sedih, kecewa dan terluka, tapi jauh di belakang itu Dia sedang menyiapkan yang terindah untuk kita. Semua indah pada waktunya.

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” Q.S. An- Nuur : 26.  

Ayat yang diucapkan seorang ustadz untuk menenangkan hatiku, ketika aku terjatuh dalam kerapuhan, setahun lebih sudah berlalu. Lalu aku? Wanita seperti apakah aku ini? Allah, ampuni aku.

Dan untuk saat ini, aku memohon padaMu Ya Rabb, bantulah aku untuk mengendalikan kegalauan hati ini, jika ia memang jodohku dekatkan ia dengan caraMu, namun jika ia bukan jodohku bimbinglah hati ini agar tidak larut dalam rasa cinta yang berlebihan kepada selainMu.

Kembali menetralisir hati.