Rabu, 15 Agustus 2012

Datang Tanpa Permisi

Salahkah jika cinta datang tanpa permisi? Tidak ada yang salah.

Cinta layaknya fluida yang mengalir, dengan begitu cepat ia mengisi ruang hati. Jika kau menyukainya karena kelebihannya, itu berawal dari rasa kagum. Terkadang cinta tak memberimu sedikitpun waktu  apakah ia pantas dicinta atau tidak. Karena cinta datang begitu saja bahkan tanpa permisi. Cinta adalah sumber kekuatan, yang membuatmu tegak berdiri dan mampu berlari. Membangunkanmu tiap kali kau terjatuh. Menghapus peluhmu juga menyeka air matamu.

Hakikatnya cinta tak hadir begitu saja. Ia tumbuh di hati manusia karena ada yang menciptakannya, mengaturnya dan memeliharanya. Sebuah kekuatan yang teramat dahsyat. Yang mampu menciptakan kekuatan cinta. Dialah Sang Maha Cinta. Cinta adalah anugerah dariNya. Ia adalah bagian dari naluri yang dimiliki manusia, gharizatunna’u. 

Cinta adalah kepatuhan. Ia senantiasa tunduk pada Rabbnya. Karena cinta adalah akhlak mulia. Maka, jika cinta ada di hatimu, jangan berani-berani kau mencintainya tanpa ridhaNya. Meski cinta adalah kekuatanmu, tapi kau akan tetap lemah tanpa Allah di hatimu. Seperti cahaya di atas cahaya. Allah adalah kekuatan di atas kekuatan cinta. Bahkan cinta rapuh tanpa cintaNya. Cinta hampa tanpa kehadiranNya. Cinta senantiasa bersujud menyembah keagunganNya. Cinta senantiasa bertasbih memuji keindahanNya.

Cinta sebenarnya tidak buta. Ia justru adalah guiding star yang menuntunmu pada surgaNya. Cinta memang tak selalu berlumurkan bahagia. Karena cinta butuh pengorbanan. Ia ikhlas berkorban demi yang dicintainya. Bahkan meski yang ia korbankan adalah dirinya sendiri, kebahagiaannya sendiri. Namun demi yang dicintai ia berkata “siap” meski air mata mengalir menemani kesiapannya. Cinta memang egois, yang ia inginkan hanyalah melihat yang dicinta bahagia (terutama di surga). Ia tak tega melihat yang dicinta menjatuhkan air mata (apalagi menangis di neraka).

Lantas bagaimana dengan cinta yang menuntunmu pada murka Allah?

Jika kau ingin selalu berada di dekatnya padahal ia tak halal bagimu, itu bukan cinta tapi nafsu. Mungkin kau hanya kesepian. Jika kau ingin diperhatikannya padahal itu tak halal bagimu, itu bukan cinta tapi nafsu. Mungkin kau hanya kurang perhatian. Coba lihat surat An-Nazi’at ayat 40-41. Disana disebutkan bahwa orang yang mampu menahan hawa nafsunya, maka tempat kembalinya adalah surga. Mau ke surga kan?

Jadi, jangan kau rendahkan cinta. Jangan kau gunakan kata cinta untuk memperhalus kata nafsu. Maka orang-orang yang mengatasnamakan cinta untuk membenarkan dosanya. Mereka terlalu picik. Buat apa dekat dengannya jika kedekatan itu justru menjauhkanmu dari surga? 

Semua orang Allah berikan benih cinta, namun hanya sedikit yang mampu merawatnya hingga menjadi pohon cinta, yang meneduhkan, yang kokoh, yang berdiri, yang tegak. Nafsu itu hama yang membuat pohon cintamu layu bahkan mati. Maka, jagalah pohon cintamu dengan iman agar “hama” itu mati. Dan sirami pohon cintamu dengan taqwa agar ia tumbuh subur. Dan di surga kelak kau dapat memetik buah dari pohon cinta.

Cinta adalah amal shalih, maka seperti tertera di surat Al-Insan ayat 9, bahwa beramal itu hanya karena Allah, hanya untuk dapatkan ridhaNya. Begitu juga cinta, ia tulus mencinta. Tidak mengharapkan balasan dan terima kasih. Ia ada karena Allah, maka ridha Allah lebih dari cukup baginya. Cinta adalah titipan, maka tak harus kau memilikinya. Karena semesta alam juga isinya adalah milikNya, termasuk juga ia yang kau cintai. 

Aku mencintaimu karena Allah.