Selasa, 27 September 2011

Dengan Segenap Cinta

"Hah, udah jam sembilan lebih" hatiku berteriak, segera aku ambil handuk, mandi, dan memakai baju yang tidak perlu di setrika, aku bangun kesiangan, untung saja sedang tidak ada kewajiban shalat. Mungkin karena beberapa hari ini aku kelelahan mengerjakan skripsi. Aku ingin hari kamis besok bisa mengajukan proposal, targetku awal 2012 sudah bisa sidang, agar aku bisa melanjutkan S2 Pendidikan di tahun itu, semoga.

Hari berlalu dengan cepatnya, setelah pulang kerja temanku mengajak ke Toko Buku Gramedia, tidak ada yang aku beli di sana, maklum akhir bulan. Sepulang dari Gramedia aku melanjutkan skripsiku diselingi dengan membuka facebook untuk mengetahui kabar teman-temanku, hingga larut malam bahkan menjelang pagi. Aku hanya tidur dua jam itupun terjaga, di kantor rasa kantuk tak tertahankan, aku ingin segera pulang untuk tidur, kopi yang aku seduh tak ada efeknya sama sekali, padahal aku sudah diperingatkan teman kantorku untuk tidak mengkonsumsi kopi setiap hari, terkadang aku menyeduh 2 bungkus kopi sekaligus.

Karena kurang tidur seharian ini aku hang, badan terasa panas dan tidak nafsu makan, gawat bisa kambuh penyakitku, kalau sudah terserang maag rasanya ingin loncat dari gedung tinggi (lebay). Malam dapat meleburkan segala rasa yang tak terungkapkan, waktu menunjukkan hampir jam sebelas malam, aku terbangun dari tidurku karena memang sudah ku rencanakan, jadi seperti kelelawar jadwal tidurku. Tiba-tiba ada lirik lagu yang mampir di otakku;

Dengan segenap cinta
Aku bertanya...
Bila rindu ini, masih milikmu
Ku hadirkan sebuah, tanya untukmu
Harus berapa lama, aku menunggumu
Aku menunggumu...

Sekedar berbagi cerita tetang rasa yang sedang bersemayam di hatiku, menunggu memang pekerjaan yang membosankan. Jadi teringat tentang curahan hati teman kursusku, tentang penantiannya untuk memiliki seorang istri, ku katakan padanya untuk bersabar dan semua indah pada waktunya padahal aku sendiri mengalami kesulitan untuk merealisasikan sikap sabar.

Suatu pagi setelah melaksanakan shalat shubuh aku buka mushaf, tadarusku saat itu di surat Al-Anbiya. Kemudian aku baca artinya, sampai di ayat 37 hatiku serasa di sentil "Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak Aku akan perlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)Ku. Maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya" (aku kirim sms pada temanku mengenai hal tersebut). Ayat tersebut ditujukan untuk orang kafir, di ayat selanjutnya dijelaskan bahwa orang kafir meminta disegerakan datangnya janji Allah (hari kiamat), tapi menurut pemahamanku hikmahnya bisa menjadi evaluasi untuk diri kita. Bahwa manusia terkadang sering tergesa-gesa dalam bertindak karena memang diciptakan bersifat seperti itu, dan selalu ingin menyegerakan segala sesuatu padahal belum tentu yang disegerakannya itu akan berbuah baik (wallahu a'lam bishshawab). Kecuali tiga hal yang memang harus disegerakan dan salah satunya adalah menikah bila sudah ada jodohnya.

"Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya". [Muttafaq Alaih].

Sebenarnya kalau memang sudah mampu maka dianjurkan untuk segera menikah, dapat artikel dari teman "Indahnya karunia Allah di dalam menikah", tapi kalau belum mampu hendaklah berpuasa. Terus, kalau misalkan sudah mampu tapi belum ada calonnya? Eng ing eng... Ishbirii Yaa Nafsu, apapun yang Allah tetapkan untuk kita, itulah yang terbaik. Jadi tunggulah dia dengan segenap cinta dan kesabaran, semoga bisa menjadi ladang amal untuk kita.