"Hah, udah jam sembilan lebih" hatiku berteriak, segera aku ambil
handuk, mandi, dan memakai baju yang tidak perlu di setrika, aku bangun
kesiangan, untung saja sedang tidak ada kewajiban shalat. Mungkin
karena beberapa hari ini aku kelelahan mengerjakan skripsi. Aku ingin
hari kamis besok bisa mengajukan proposal, targetku awal 2012 sudah
bisa sidang, agar aku bisa melanjutkan S2 Pendidikan di tahun itu,
semoga.
Hari berlalu dengan cepatnya, setelah pulang
kerja temanku mengajak ke Toko Buku Gramedia, tidak ada yang aku beli
di sana, maklum akhir bulan. Sepulang dari Gramedia aku melanjutkan
skripsiku diselingi dengan membuka facebook untuk mengetahui kabar
teman-temanku, hingga larut malam bahkan menjelang pagi. Aku hanya
tidur dua jam itupun terjaga, di kantor rasa kantuk tak tertahankan,
aku ingin segera pulang untuk tidur, kopi yang aku seduh tak ada
efeknya sama sekali, padahal aku sudah diperingatkan teman kantorku
untuk tidak mengkonsumsi kopi setiap hari, terkadang aku menyeduh 2
bungkus kopi sekaligus.
Karena kurang tidur seharian
ini aku hang, badan terasa panas dan tidak nafsu makan, gawat bisa
kambuh penyakitku, kalau sudah terserang maag rasanya ingin loncat dari
gedung tinggi (lebay). Malam dapat meleburkan segala rasa yang tak
terungkapkan, waktu menunjukkan hampir jam sebelas malam, aku terbangun
dari tidurku karena memang sudah ku rencanakan, jadi seperti kelelawar
jadwal tidurku. Tiba-tiba ada lirik lagu yang mampir di otakku;
Dengan segenap cinta
Aku bertanya...
Bila rindu ini, masih milikmu
Ku hadirkan sebuah, tanya untukmu
Harus berapa lama, aku menunggumu
Aku menunggumu...
Sekedar
berbagi cerita tetang rasa yang sedang bersemayam di hatiku, menunggu
memang pekerjaan yang membosankan. Jadi teringat tentang curahan hati
teman kursusku, tentang penantiannya untuk memiliki seorang istri, ku
katakan padanya untuk bersabar dan semua indah pada waktunya padahal aku
sendiri mengalami kesulitan untuk merealisasikan sikap sabar.
Suatu
pagi setelah melaksanakan shalat shubuh aku buka mushaf, tadarusku
saat itu di surat Al-Anbiya. Kemudian aku baca artinya, sampai di ayat
37 hatiku serasa di sentil "Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa.
Kelak Aku akan perlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)Ku. Maka
janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya" (aku kirim sms pada temanku
mengenai hal tersebut). Ayat tersebut ditujukan untuk orang kafir, di
ayat selanjutnya dijelaskan bahwa orang kafir meminta disegerakan
datangnya janji Allah (hari kiamat), tapi menurut pemahamanku hikmahnya
bisa menjadi evaluasi untuk diri kita. Bahwa manusia terkadang sering
tergesa-gesa dalam bertindak karena memang diciptakan bersifat seperti
itu, dan selalu ingin menyegerakan segala sesuatu padahal belum tentu
yang disegerakannya itu akan berbuah baik (wallahu a'lam bishshawab).
Kecuali tiga hal yang memang harus disegerakan dan salah satunya adalah
menikah bila sudah ada jodohnya.
"Wahai
para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin,
maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat
menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang
belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu
bisa menjadi perisai baginya". [Muttafaq Alaih].
Sebenarnya
kalau memang sudah mampu maka dianjurkan untuk segera menikah, dapat
artikel dari teman "Indahnya karunia Allah di dalam menikah", tapi kalau
belum mampu hendaklah berpuasa. Terus, kalau misalkan sudah mampu tapi
belum ada calonnya? Eng ing eng... Ishbirii Yaa Nafsu, apapun yang Allah
tetapkan untuk kita, itulah yang terbaik. Jadi tunggulah dia dengan
segenap cinta dan kesabaran, semoga bisa menjadi ladang amal untuk kita.