Rabu, 27 Juli 2011

Maaf Menjelang Ramadhan

Tidak sabar menanti datangnya bulan Ramadhan, semalam aku sms teman-temanku;

Ayam kampung beli pulsa
Ya ampun bentar lagi puasa
Makan dodol di balik papan
Gak afdhol kalau belum maafan
Ikan piranha lawan buaya
Maafin semua kesalahanku ya

Tidak lama kemudian beberapa temanku sudah mulai membalas sms tadi;

Nonton upin ipin sambil makan pepaya
Maapin saya juga ya (Rofi)

Dodol ketan dari betawi
Kue talam di makan buaya
Kayak ape rasanye gue gak tahu
Maapin juga (Pak Giyon)

Untuk pantun yang kedua sepertinya sangat dipaksakan.

Burung kenari belajar baca
Menghitung hari kita mau puasa
Sembari membaca di atas sampan
Sudah tradisi kita saling bermaafan
Salah dan khilaf mohon dimaafkan (Diah)

Dan masih banyak lagi sms lain dari temanku, keesokan harinya menyusul balasan dari salah satu temanku;

Ngambil jatah gajian mintanya hari selasa
Buat beli dodol yang banyak rasa
Kalau punya salah dan kealpaan
Kenapa harus nunggu bulan puasa
Bukannya lebih afdhol kalau segera

Aku tersenyum, segera ku balas sms itu;

Aku: 
Iya dah, bilang aja mau ngomong gak ada dalil khusus buat bermaafan menjelang bulan puasa.

Dia: 
Hahay, iya juga abis lupa! Dan takute maen asal ambil dalil gak tau kalau yang di ambil itu hadits dhoif/maudzu, tar jadi berabe!

Dia: 
Ayam kampung makan sayuran, ya ampun bentar lagi lebaran, makan dodol di balik papan, gak afdhol kalau belum maafan, Ikan piranha lawan buaya
Maafin semua kesalahanku ya (dia forward sms dariku dengan mengganti bait depannya)

Aku: 
Maudhu, nulisnya pake dhod bukan pake zho.

Dia: 
Oy sorry ada yang jago bahasa arab. Hehe tapi tau kan kalau hadits dhoif dan maudhu  ribuan terbesar dan bahkan populer apalagi berkaitan bulan puasa. Kadang kita heran kenapa orang di kasih uang palsu gak mau mintanya yang asli, tapi kalau hadist ada yang palsu mereka terima juga. (Dhoif, maudhu, mungkar, asli/soheh/hasan/ahad). Kita sebagai tholabul ilmi harusnya check dan ricek baru menyampaikan atau mengamalkan. Awal mula terjadinya kebid’ahan adalah dengan mengamalkan ibadah tidak dengan dalil yang rojih (soheh/hasan/ahad) tapi dengan semangat yang dilandasi perasaan, hawa nafsu dan adat, dan bukan hadist yang rojih.

Aku: 
Mau ceramah di mimbar aja Mas (jawabku singkat).

Dia: 
Wah, udah terkena virus sekuler negh, urusan agama hanya dibicarakan di masjid atau mimbar! Padahal islam datang masuk ke seluruh sendi-sendi kehidupan, dari mau tidur sampai bangun tidur dan tidur juga termasuk dan seluruh kehidupan! Kok komentnya gitu ya, bukane tholabul ilmi dan mahasiswa harus berpikir kritis gak boleh taklid?

Aku: 
Emang saya bilang gak boleh ceramah via sms? Maksudnya sekalian aja ceramah di mimbar, sms kamu panjang banget. Kamu juga langsung menjudge saya kena virus sekuler, hadeuh. Saya hands up lah, daripada masuk golongan surat Ar-Rum : 32.

"Yaitu golongan orang-orang yang memecah-belah agamanya menjadi beberapa aliran, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan aliran paham yang ada pada mereka"

Dia: 
Wah, gak paham kayaknya negh maksud ayat tersebut! Banyak orang salah atau keliru memahami ayat atau hadits karena ditafsirkan sendiri-sendiri bukan melalui pemahaman para sahabat. Coba kalau semua mau belajar dan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman para sahabat (Salafus Sholeh) niscaya umat ini bisa bersatu seperti jaman Rasulullah. Ceramah/Nasihat bisa dimana aja dengan media yang bisa membantu seperti hape. Seperti QS. Adz-Dzariyat : 55.

"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman."

Sepertinya ada yang mendidih, kerap kali kami berselisih paham karena hal seperti ini, padahal dia sendiri pernah sms untuk mengucapkan Selamat Tahun Baru Islam dan tidak ada pula dalil khusus untuk hal itu. http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/voice-of-al-islam-voa-islam-com-fatwa-ulama-tentang-ucapan-selamat-tahun-baru-hijriyah.htm

Aku kena virus sekuler? Aku taklid? Dia masih seperti yang dulu "Menghakimi orang dengan persepsinya" atau hanya perasaanku saja. Berusaha aku redam tanpa membalas sms terakhir, teringat nasihat guru bahasa arabku “…gak usah di ambil pusing, Seli mau bilang apa tetap gak akan masuk, kalau menurut dia dari awal sudah salah, kemungkinan seterusnya akan salah, pemikirannya beda… Kalau kata orang; yang waras ngalah!”. 

Tapi sepertinya dia belum puas menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan, bersambung ke Yahoo Messenger, perbincangan yang cukup seru tapi sebaiknya tidak perlu aku bahas di blog ini. Untukmu, terima kasih telah berbagi ilmu, terima kasih telah saling mengingatkan, dan aku berharap kamu lebih bijak dalam menyampaikan dakwah, karena tidak semua orang bisa menerima dakwahmu secara instant, butuh waktu, butuh proses, butuh kesabaran. Bârakallâh.
                                                                    
Syel… Belajar berpikir objektif, belajar mengendalikan emosi dan belajar bijak menyikapi perbedaan karena kebenaran hanya milik Allah.

                                                                                     ***

Marhaban Ya Ramadhân

Dengan segala kerendahan hati dan niat tulus menyucikan diri, maafkanlah segala kesalahan dan khilaf. Semoga di bulan Ramadhân kali ini kita mampu melakukan perubahan untuk mencapai kualitas keimanan dan akhlaq yang lebih baik.