"Perjalanan Separuh Purnama" dulu aku membeli buku ini karena ingin
mengikuti perlombaan di Toko Buku Gramedia, ada beberapa judul lain dalam
perlombaan tersebut namun aku memilih buku ini karena kata terakhir
adalah nama seseorang yang aku suka. Aku sudah tidak ingat apa isi buku
ini dan bukunya ku simpan di Bandung, aku teringat kembali karena ada seseorang yang memberikan jempolnya
di facebook pada tiga statusku dan mengomentari salah satunya.
Seseorang
itu adalah dia, aku dan dia pernah satu kelas ketika kami masih duduk
di kelas 1 SMA, ketika itu aku sering digosipkan dengan salah satu teman
kami yang sekaligus sahabat dekatnya. Aku membuka account facebooknya,
ku perhatikan dia sedang berada di daerah yang jauh, Gaza Palestine.
Dulu di sekolah kami ada kegiatan menghapal surat-surat pendek, pernah
sebelum dia setoran pada guru agama kami, dia meminta tolong padaku
untuk menyimak hapalan surat yang ia ucapkan.
Di kelas 2 kami berpisah, aku memilih
untuk masuk kelas IPS dan dia di kelas IPA, namun kami masih berada
dalam komunitas yang sama karena memilih ekstrakulikuler yang sama
Bahasa Persia dan olahraga Badminton, ketika penerimaan murid baru
kemudian kami berdua di pilih untuk mempresentasikan kemampuan berbahasa
kami di depan adik kelas, agar mereka tertarik masuk ekstrakulikuler Bahasa
Persia.
Setahuku
dia tidak mengetahui perasaanku ini,
karena aku memang bukan orang yang terbiasa mengungkapkan perasaanku
pada orang yang aku suka, hanya teman-teman terdekatku yang mengetahui
hal ini. Sekitar tahun 2006 aku bekerja di Bekasi, suatu hari ketika aku
akan pulang ke Bandung, aku menunggu bus di Tol Timur dan tanpa sengaja
bertemu dengannya, nama tol ini sama dengan nama panjangnya.
Sedikit intermezo dari judul yang akan aku bahas...
Aku
menyukai nuansa malam, mulai dari suasananya yang hening, kerlip
bintang, sinar rembulan sampai kepekatan yang terkadang terasa mencekam.
Sama seperti ketertarikanku pada pesona yang disuguhkan pantai, deburan
ombak, butiran pasir, laut biru yang terhampar luas, dan yang paling
aku suka saat terpaku menyaksikan matahari tenggelam perlahan dan siluet
pantai senja yang indah, subhanallah.
Salah
satu yang membuat aku tertegun pada pesona malam adalah ketika hamparan
langit dihiasi indahnya bulan purnama. Purnama adalah fase di mana keadaan bulan nampak bulat sempurna dari bumi, pada saat itu bumi
terletak hampir segaris di antara matahari dan bulan, sehingga seluruh
permukaan bulan yang diterangi matahari terlihat jelas dari arah bumi.
Kebalikannya adalah saat bulan mati, yaitu saat bulan terletak
pada hampir segaris di antara matahari dan bumi, sehingga yang
"terlihat" dari bumi adalah sisi belakang bulan yang gelap, alias tidak
nampak apa-apa.
Di
antara kedua waktu itu terdapat keadaan bulan separuh dan bulan sabit,
yakni pada saat posisi bulan terhadap bumi membentuk sudut tertentu
terhadap garis bumi - matahari. Pada saat itu, hanya sebagian permukaan
bulan yang disinari matahari yang terlihat dari bumi. Fase yang paling
aku suka adalah di mana bulan sedang dalam keaadaan sabit dan dalam
keadaan purnama. Bulan sabit atau hilal yang
muncul menandai datangnya awal bulan Hijriyah yaitu bulan dalam kalender Islam.
“Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, dulu Rasulullah SAW apabila melihat Al-Hilal beliau mengucapkan doa: "Allahu
akbar. Allahumma ahillahu ‘alainaa bil-amni wal-iimaan was-salaamati
wal-islaami wat-taufiiqi limaa yuhibbu rabbunaa wa yardhaa. Rabunaa wa
rabbukallaahu."
Allah
Maha Besar, Ya Allah, tampakkan al-hilal (bulan tanggal satu) itu kepada
kami dengan membawa keamanan dan keimanan, dengan keselamatan dan
Islam, serta mendapat taufik untuk menjalankan apa yang Engkau cintai
dan Engkau Ridhai. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah”
Dengan
terbit bulan sabit dapat menggugah spirit untuk berharap
bahwa bulan purnama akan datang. Seperti yang pernah
dikatakan oleh Buya Hamka: "Apabila bulan sabit terbit di ufuk barat,
maka bolehlah berharap bahwa akan datang bulan purnama". Belajar filosofi
dari bulan sabit; semangat dan optimisme untuk terus bergerak maju
menuju masa
depan yang lebih cerah dan gemilang insya Allah akan menjadi
kenyataan bagaikan bulan sabit yang kecil kemudian membesar menjadi
purnama yang menyinari bumi.
Ada
keadaan bulan yang ternyata bisa kita analogikan dengan kehidupan kita
di akhir waktu nanti, "Separuh Purnama" menurutku fase paling penting
dalam kehidupan ini adalah akhir dari perjalanan hidup kita (husnul khatimah atau su'ul khatimah), ketika start dalam
menjalani hidup banyak serangkaian proses yang mesti kita lewati, dan
ketika kita akan mendekati garis finish biasanya rintangan yang
menghadang akan lebih banyak. Kita tidak pernah tahu akhir dari
perjalanan hidup kita, saat yang paling menentukan adalah detik-detik kita menghembuskan nafas terakhir, sedangkan kita tidak tahu kapan ajal menjelang.
Mampukah kita menjalani kehidupan ini dengan baik sampai ajal menjemput?. "Perjalanan Separuh Purnama" ketika bulan sabit menuju proses bulan separuh kemudian mampu melengkapi separuh purnamanya, setelah melewati purnama bulan akan mulai meredup.
Mampukah kita menjalani kehidupan ini dengan baik sampai ajal menjemput?. "Perjalanan Separuh Purnama" ketika bulan sabit menuju proses bulan separuh kemudian mampu melengkapi separuh purnamanya, setelah melewati purnama bulan akan mulai meredup.