Kamis, 06 Oktober 2011

Perjalanan Separuh Purnama

"Perjalanan Separuh Purnama" dulu aku membeli buku ini karena ingin mengikuti perlombaan di Toko Buku Gramedia, ada beberapa judul lain dalam perlombaan tersebut namun aku memilih buku ini karena kata terakhir adalah nama seseorang yang aku suka. Aku sudah tidak ingat apa isi buku ini dan bukunya ku simpan di Bandung, aku teringat kembali karena ada seseorang yang memberikan jempolnya di facebook pada tiga statusku dan mengomentari salah satunya.

Seseorang itu adalah dia, aku dan dia pernah satu kelas ketika kami masih duduk di kelas 1 SMA, ketika itu aku sering digosipkan dengan salah satu teman kami yang sekaligus sahabat dekatnya. Aku membuka account facebooknya, ku perhatikan dia sedang berada di daerah yang jauh, Gaza Palestine. Dulu di sekolah kami ada kegiatan menghapal surat-surat pendek, pernah sebelum dia setoran pada guru agama kami, dia meminta tolong padaku untuk menyimak hapalan surat yang ia ucapkan.

Di kelas 2 kami berpisah, aku memilih untuk masuk kelas IPS dan dia di kelas IPA, namun kami masih berada dalam komunitas yang sama karena memilih ekstrakulikuler yang sama Bahasa Persia dan olahraga Badminton, ketika penerimaan murid baru kemudian kami berdua di pilih untuk mempresentasikan kemampuan berbahasa kami di depan adik kelas, agar mereka tertarik masuk ekstrakulikuler Bahasa Persia.

Setahuku dia tidak mengetahui perasaanku ini, karena aku memang bukan orang yang terbiasa mengungkapkan perasaanku pada orang yang aku suka, hanya teman-teman terdekatku yang mengetahui hal ini. Sekitar tahun 2006 aku bekerja di Bekasi, suatu hari ketika aku akan pulang ke Bandung, aku menunggu bus di Tol Timur dan tanpa sengaja bertemu dengannya, nama tol ini sama dengan nama panjangnya.

Sedikit intermezo dari judul yang akan aku bahas...

Aku menyukai nuansa malam, mulai dari suasananya yang hening, kerlip bintang, sinar rembulan sampai kepekatan yang terkadang terasa mencekam. Sama seperti ketertarikanku pada pesona yang disuguhkan pantai, deburan ombak, butiran pasir, laut biru yang terhampar luas, dan yang paling aku suka saat terpaku menyaksikan matahari tenggelam perlahan dan siluet pantai senja yang indah, subhanallah.

Salah satu yang membuat aku tertegun pada pesona malam adalah ketika hamparan langit dihiasi indahnya bulan purnama. Purnama adalah fase di mana keadaan bulan nampak bulat sempurna dari bumi, pada saat itu bumi terletak hampir segaris di antara matahari dan bulan, sehingga seluruh permukaan bulan yang diterangi matahari terlihat jelas dari arah bumi. Kebalikannya adalah saat bulan mati, yaitu saat bulan terletak pada hampir segaris di antara matahari dan bumi, sehingga yang "terlihat" dari bumi adalah sisi belakang bulan yang gelap, alias tidak nampak apa-apa.

Di antara kedua waktu itu terdapat keadaan bulan separuh dan bulan sabit, yakni pada saat posisi bulan terhadap bumi membentuk sudut tertentu terhadap garis bumi - matahari. Pada saat itu, hanya sebagian permukaan bulan yang disinari matahari yang terlihat dari bumi. Fase yang paling aku suka adalah di mana bulan sedang dalam keaadaan sabit dan dalam keadaan purnama. Bulan sabit atau hilal yang muncul menandai datangnya awal bulan Hijriyah yaitu bulan dalam kalender Islam.

“Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, dulu Rasulullah SAW apabila melihat Al-Hilal beliau mengucapkan doa: "Allahu akbar. Allahumma ahillahu ‘alainaa bil-amni wal-iimaan was-salaamati wal-islaami wat-taufiiqi limaa yuhibbu rabbunaa wa yardhaa. Rabunaa wa rabbukallaahu."  

Allah Maha Besar, Ya Allah, tampakkan al-hilal (bulan tanggal satu) itu kepada kami dengan membawa keamanan dan keimanan, dengan keselamatan dan Islam, serta mendapat taufik untuk menjalankan apa yang Engkau cintai dan Engkau Ridhai. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ad-Darimi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Kalimith Thayyib no. 162.

Dengan terbit bulan sabit dapat menggugah spirit untuk berharap bahwa bulan purnama akan datang. Seperti yang pernah dikatakan oleh Buya Hamka: "Apabila bulan sabit terbit di ufuk barat, maka bolehlah berharap bahwa akan datang bulan purnama". Belajar filosofi dari bulan sabit; semangat dan optimisme untuk terus bergerak maju menuju masa depan yang lebih cerah dan gemilang insya Allah akan menjadi kenyataan bagaikan bulan sabit yang kecil kemudian membesar menjadi purnama yang menyinari bumi.

Ada keadaan bulan yang ternyata bisa kita analogikan dengan kehidupan kita di akhir waktu nanti, "Separuh Purnama" menurutku fase paling  penting dalam kehidupan ini adalah akhir dari perjalanan hidup kita (husnul khatimah atau su'ul khatimah), ketika start dalam menjalani hidup banyak serangkaian proses yang mesti kita lewati, dan ketika kita akan mendekati garis finish biasanya rintangan yang menghadang akan lebih banyak. Kita tidak pernah tahu akhir dari perjalanan hidup kita, saat yang paling menentukan adalah detik-detik kita menghembuskan nafas terakhir, sedangkan kita tidak tahu kapan ajal menjelang. 

Mampukah kita menjalani kehidupan ini dengan baik sampai ajal menjemput?. "Perjalanan Separuh Purnama" ketika bulan sabit menuju proses bulan separuh kemudian mampu melengkapi separuh purnamanya, setelah melewati purnama bulan akan mulai meredup.