Rabu, 05 Oktober 2011

Ishbirii Yaa Nafsii

Aku terbangun dari tidurku, masih jam sembilan dan udara terasa panas hingga badanku keringatan, aku tadi tidur jam setengah delapan setelah pulang dari angkringan bersama Mas Udin, ku lihat ada pesan masuk di hape, balasan sms dari Pak Rahmat  "Iya, keenakan Udin. Ya udah nanti jangan Udin terus yang di ajak curhat. Gantian sama saya ya Din". Berarti tidurku tadi cukup lelap, karena biasanya aku sering terbangun jika ada bunyi sms.

Awalnya aku mengajak Mas Udin ke Angkringan Pramuka untuk menikmati susu jahe sekalian curhat, tapi setelah sampai di sana kami tidak membicarakan masalah yang sedang aku alami, hanya Allah yang tahu apa yang membuat aku menangis setelah menunaikan shalat maghrib (bukan masalah cinta), aku pasti akan mendapatkan jawaban segala risau hatiku, "La Tahzan". 

Aku belum menunaikan shalat isya, aku ambil air wudhu, malam itu isak tangis mewarnai shalat isyaku, “Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" Al-Baqarah : 153. Aku mengadu padaNya "Allah" ku dekap erat mushafku, aku pasti bisa melewati ini semua karena aku memiliki Hati Seluas Samudera yang akan menenggelamkan semua masalah yang ada. Ishbirii Yaa Nafsii (Bersabarlah wahai jiwaku).

“Tiada seorangpun yang dapat membedakan antara Sabar dan Mengeluh, melainkan ia menemukan diantara keduanya ada jalan yang berbeda.  Adapun Sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun Mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni hanya sia-sia belaka” ku temukan kutipan ini dari 101 Kisah Teladan.