Rabu, 16 November 2011

Sabarlah Wahai Jiwa

Rona rembulan tersenyum simpul membawa damai pada gersangnya gurun-gurun jiwa, tikaman dingin semakin menusuk. Mataku menatap setiap sudut waktu yang berkelebat hitam. Aku masih harus melangkah menyusuri jalan ini, meskipun lelah hati menggapai bayang yang kian memudar, membawa diri tertatih pahami jiwa yang letih.  

Sesaat kemudian merinaikan air mata di kelamnya malam...

"Galau" bisikku pada malam menjelang shubuh, tengadahku kemudian pada semesta yang masih memperlihatkan warna kelamnya, warna yang tergelayut pada pekatnya malam. Kapan? Tanyaku ringkih pada selasar waktu, tidak ada reaksi. Terjebak dalam kebisuan dan aku kembali menatap semesta yang merajuk pada kaki langit.

Dengarlah hembusan angin yang merintih sekarat, menghapus setiap sketsa kepedihan meskipun tak semudah air meluruhkan tinta. Semua buat aku gamang menapaki hari yang makin garang, bayangan itu kembali mengukir perih, aku terlumat gurat penat. 

"Rabb, aku letih" tapi aku harus terus berjalan meskipun debu melukai mataku.  Aku tidak akan kalah dan tidak akan menyerah! Masih ada secercah harapan... Sabarlah wahai jiwa!

"Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasanya, bagi hamba-Nya yang sabar dan tak kenal putus asa."