There's never a right time to say goodbye, but I gotta make the first
move, and know it's hard but I gotta do it. We know that we should be
apart, so why don't you go your way, and I'll go mine. Live your life,
and I'll live mine, you'll do well, and I'll be fine. Cause we're better
off, separated. I know it hurts so much but it's best for us, maybe you
and I are destined to lose.
Arti kalimat di atas menyedihkan juga ya? Ada rasa haru menyeruak
di hati Dewi. Ia baru punya niat untuk mulai menjaga jarak
dengan seseorang yang ia kagumi (berapa km ya?). Meskipun menurut Dewi
tidak pernah ada waktu yang tepat mengucapkan selamat tinggal untuk
seseorang yang selama ini kepribadiannya merenda di hatinya. Tapi Dewi
harus memulai langkah pertama dengan menjaga jarak. Bagi Dewi ini sangat
sulit, karena ia akan kehilangan catatan tentang hari-hari yang indah
bersamanya.
Ini Dewi lakukan karena merasa telah jauh melangkah ke dalam hati orang
tersebut, padahal dulu ia tidak berharap mencari celah di hatinya.
Masalahnya kalau memang ini bisa di bilang masalah; jika memang diantara
mereka berdua sama-sama tidak berharap sesuatu yang lebih dari
kedekatan yang selama ini terjalin, untuk apa masih membicarakan masalah
keterikatan hati diantara keduanya. Dewi hanya mencoba untuk menggugah
kesadaran diri, ia tahu status lelaki itu di publik sebagai siapa, ia
merasa khawatir hanya akan menjadi sumber fitnah bagi lelaki itu.
"Dewi akan menemukan yang terbaik untuk Dewi, kuncinya berbaik sangka
sama Allah". Itulah kalimat yang pernah terlontar dari mulut lelaki itu.
Dewi berharap lelaki itu akan baik-baik saja dalam menjalani
kehidupannya seperti
sedia kala, begitu pun dengan Dewi, meskipun cukup sulit tapi ia harus
menjalaninya. "Ya, mungkin kami ditakdirkan untuk saling
kehilangan".
Tapi, satu hal yang mungkin tidak akan Dewi lupakan, bahwa
semua catatan tentang hari-hari indah bersama lelaki itu telah menjadi pelangi
yang terlukis di hatinya (pasti GR negh orang).
Lihat
bagaimana lelaki itu melukiskan selaksa warna pada hati Dewi. Terkadang hanya
dengan sebaris “senyum” manis, ia
membuat hati Dewi bahagia.
Sore di
taman selepas hujan. Dewi melihat pelangi tergelayut indah di langit. Lihat
bagaimana sang mentari mengurai cahaya menjadi selaksa warna. Mentari menatap
Dewi dengan teliti, dia menyimak setiap cerita dengan hati-hati. “Aku tahu mentari
ada di hati, ia mewarnai hatiku dengan pelangi”.
Dewi teringat pertanyaan temannya "Jadi sudah ikhlas?"
"Dari dulu juga sudah ikhlas, aku melihat dia bahagia bersama istri dan anaknya itu sudah lebih dari cukup" jawab Dewi dengan penuh haru.